Pendahuluan
Desain kurikulum menyangkut pola pengorganisasian
unsur-unsur atau komponen kurikulum. Penyusunan desain kurikulum
dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horisontal dan vertikal.
Dimensi horisontal berkenaan dengan penyusunan isi kurikulum. Susunan
lingkup ini sering diintegrasikan dengan proses belajar mengajar. Dimensi vertikal
menyangkut penyusunan sekuen bahan berdasarkan urutan tingkat kesulitan.
Bahan tersusun mulai dari yang mudah, kemudian lebih sulit, atau dari yang dasar diteruskan dengan yang lanjutan.
Bahan tersusun mulai dari yang mudah, kemudian lebih sulit, atau dari yang dasar diteruskan dengan yang lanjutan.
Berdasarkan pada apa yang menjadi fokus pengajaran, maka
terdapat tiga pola desain kurikulum, yaitu:
Subject centered design
Merupakan suatu desain kurikulum yang berpusat pada bahan
ajar atau pada isi dan materi yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas
sejumlah mata pelajaran. Pada pola desain ini terbagi dalam 3 jenis, yaitu:
1. The Subject Design
Pada pola ini kurikulum ditekankan pada isi/ materi
pelajaran dan disajikan secara terpisah-pisah dalam bentuk mata pelajaran. Pada
pola ini siswa ditekankan untuk menguasai fakt-fakta dan informasi, sehingga
siswa mengusai bahan hanya pada tahap hafalan, dan verbalistis.
2. The Disciplines Design
Bentuk ini merupakan pengembangan dari subject design,
yaitu pola kurikulum yang menekankan pada materi pelajaran. Namun dalam
disciplines ini telah ada kriteria yang tegas tentang ilmu, yang membedakan
suatu pengetahuan itu disiplin ilmu atau bukan. Selain itu
pada pola ini juga lebih menekankan pada pemahaman. Peserta didik didorong
untuk memahami logika, ide, konsep dan prinsip-prinsip penting, sehingga mampu
melihat hubungan berbagai fenomena yang ada.
3. The Broad Fields design
Pada pola ini mulai dihilangkan pemisahan antar mata
pelajaran, tetapi dilakukan penggabungan beberapa mata pelajaran yang
berdekatan atau berhubungan. Misalnya: sejarah, geografi, dan ekonomi di gabung
menjadi ilmu pengetahuan sosial.
Kelebihan:
-
Mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi dan disempurnakan
-
Pengajarnya cukup hanya menguasai bahan yang akan
diajarkan, tidak perlu dipersiapkan khusus.
Kelemahan:
- Karena pengetahuan diberikan secara terpisah-pisah, hal
itu bertentangan dengan kenyataan, sebab kenyataannya pengetahuan itu satu
kesatuan.
- Peran peserta didik sangat pasif, karena hanya
mengutamakan bahan ajar.
- Pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa
lalu.
Learned centered design.
Berbeda dengan subject centered, yang
mengedepankan isi kurikulum, maka learned centered lebih mengutamakan
peserta didik. Sebab, peserta didik adalah suatu organisme yang punya potensi
untuk berbuat, berperilaku, belajar dan juga berkembang sendiri. Sehingga
pengorganisasian kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan dan tujuan peserta
didik.
Pola
desain ini terbagi dalam 3 jenis yaitu: The activity atau experience
design, humanistic design, the open free design, dll. Dalam
makalah ini hanya akan menjelaskan satu saja.
The activity atau Experience Design
Model
desain ini berawal pada abad 18, hasil karya Rosseau dan Pestalozzi.
Terdapat beberapa ciri utama dalam desain ini:
- Struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat
peserta didik.
- Kurikulum tidak dapat disusun ”jadi” sebelumnya, tetapi
disusun bersama oleh para guru dengan para siswa.
- Desain kurikulum lebih menekankan pada prosedur pemecahan
masalah.
Kelebihan:
Kelebihan:
-
Motivasi belajar bersifat intrinsik, karena kegiatan
pendidikan didasarkan pada kebutuhan dan minat peserta didik.
-
Pengajaran memperhatikan perbedaan individu.
-
Kegiatan-kegiatan pemecahan masalah memberikan bekal
kecakapan dan pengetahuan untuk menghadapi kehidupan diluar sekolah.
Kelemahan:
-
Penekanan pada minat dan kebutuhan peserta didik belum
tentu cocok dan memadai untuk menghadapi kenyataan dalam hidup, karena
kehidupan modern sangat kompleks.
-
Kurikulum yang disusun tidak mempunyai pola dan struktur.
-
Kontinuitas dan sekuen bahan sangat lemah, karena minat
peserta didik tidak memberikan landasan kuat untuk menyusun sekuen (dalam arti
minat sangat mudah berubah, karena adanya faktor lingkungan maupun
perkembangan).
-
Desain kurikulum seperti ini tidak dapat dilakukan oleh
guru biasa, tapi harus guru yang ahli dalam pendidikan, ahli psikologi, juga
ahli dalam hubungan sosial.
Problems centered design
Adalah desain kurikulum yang berpusat pada
masalah-masalah yang dihadapi dalam masyarakat. Konsep pendidikan dalam model
kurikulum ini, berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial
selalu hidup bersama dan menghadapi masalah-masalah bersama yang harus dipecahkan
bersama pula.
Konsep yang menjadi landasan dalam desain ini adalah;
dari sudut isi/materi kurikulum bersumber dari masalah-masalah sosial yang
dihadapi peserta didik saat ini dan yang akan datang. Sedangkan sekuen bahan
disusun berdasarkan kebutuhan , kepentingan dan kemampuan peserta didik.
Paling
tidak terdapat dua variasi model desain kurikulum ini, yaitu: The areas
of living design dan The Core
design.
1. The Areas of Living Design
Dalam
desain ini yang menjadi dasar penyusuan kurikulum adalah bidang-bidang
kehidupan. Cirinya
-
Penekanan prosedur belajar pada pemecahan masalah,
sehingga bersifat proses.
-
Menggunakan pengalaman dan situasi nyata dari peserta
didik untuk membuka jalan dalam mempelajari bidang kehidupan.
-
Isi kurikulum merangkum pengalaman-pengalaman sosial
peserta didik.
2. The
Core Design
Desain kurikulum ini, mengintegrasikan bahan ajar yang
terpisah-pisah, dengan memilih mata pelajaran/bahan ajar tertentu sebagai inti
(core). Di indonesia kurikulum semacam ini disebut mata kuliah/pelajaran dasar
umum, yang kemudian diarahkan pada pengembangan kemampuan pribadi dan sosial.
Kelebihan:
-
The areas of living ini merupakan the subject matter
(penekanan pada isi/materi bahan ajar), tetapi dalam bentuk terintegrasi.
-
Desain ini mendorong penggunaan prosedur belajar pemecahan
masalah.
-
Penyajian bahan ajar dalam bentuk yang relevan.
-
Penyajian bahan ajar dalam bentuk yang fungsional.
-
Motivasi peserta didik datang dari diri sendiri.
Kelemahan:
-
Sulitnya penentuan lingkup dan sekuen dari bidang-bidang
kehidupan yang esensial.
-
Kurangnya integritas dan kontinuitas organisasi isi
kurikulum
-
Desain ini mengabaikan warisan budaya.
-
kecenderungan untuk mengindoktrinasi peserta didik.
-
Desain ini sebenarnya sangat sulit dilaksanakan, karena
terbatasnya kesiapan guru, buku maupun media lain.
Kesimpulan
-
Desain kurikulum memiliki beberapa variasi, diantaranya: Subject
Centered design yang lebih menekankan perhatian pada materi pelajaran, Learner
centered design yang menekankan perhatian pada peserta didik, dan Problem
centered design, yang lebih menekankan pada persoalan-persoalan sosial.
-
Dari ketiga teori tersebut diatas, teori Subject Centered
Design yang paling populer, paling tua dan paling banyak digunakan.
(Makalah
Program Akta 4 IIQ Jakarta – 16122006)
No comments:
Post a Comment