Pages

Sunday, January 13, 2013

DESAIN KURIKULUM

Pendahuluan
Desain kurikulum menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horisontal dan vertikal. Dimensi horisontal berkenaan dengan penyusunan isi kurikulum. Susunan lingkup ini sering diintegrasikan dengan proses belajar mengajar. Dimensi vertikal menyangkut penyusunan sekuen bahan berdasarkan urutan tingkat kesulitan.
Bahan tersusun mulai dari yang mudah, kemudian lebih sulit, atau dari yang dasar diteruskan dengan yang lanjutan.
Berdasarkan pada apa yang menjadi fokus pengajaran, maka terdapat tiga pola desain kurikulum, yaitu:
Subject centered design
Merupakan suatu desain kurikulum yang berpusat pada bahan ajar atau pada isi dan materi yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata pelajaran. Pada pola desain ini terbagi dalam 3 jenis, yaitu:
1. The Subject Design
Pada pola ini kurikulum ditekankan pada isi/ materi pelajaran dan disajikan secara terpisah-pisah dalam bentuk mata pelajaran. Pada pola ini siswa ditekankan untuk menguasai fakt-fakta dan informasi, sehingga siswa mengusai bahan hanya pada tahap hafalan, dan verbalistis.
2. The Disciplines Design
Bentuk ini merupakan pengembangan dari subject design, yaitu pola kurikulum yang menekankan pada materi pelajaran. Namun dalam disciplines ini telah ada kriteria yang tegas tentang ilmu, yang membedakan suatu pengetahuan itu disiplin ilmu atau bukan. Selain itu pada pola ini juga lebih menekankan pada pemahaman. Peserta didik didorong untuk memahami logika, ide, konsep dan prinsip-prinsip penting, sehingga mampu melihat hubungan berbagai fenomena yang ada.
3. The Broad Fields design
Pada pola ini mulai dihilangkan pemisahan antar mata pelajaran, tetapi dilakukan penggabungan beberapa mata pelajaran yang berdekatan atau berhubungan. Misalnya: sejarah, geografi, dan ekonomi di gabung menjadi ilmu pengetahuan sosial.
Kelebihan:
-    Mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi dan disempurnakan
-    Pengajarnya cukup hanya menguasai bahan yang akan diajarkan, tidak perlu dipersiapkan khusus.
Kelemahan:
-   Karena pengetahuan diberikan secara terpisah-pisah, hal itu bertentangan dengan kenyataan, sebab kenyataannya pengetahuan itu satu kesatuan.
-   Peran peserta didik sangat pasif, karena hanya mengutamakan bahan ajar.
-   Pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu.

Learned centered design.
Berbeda dengan subject centered, yang mengedepankan isi kurikulum, maka learned centered lebih mengutamakan peserta didik. Sebab, peserta didik adalah suatu organisme yang punya potensi untuk berbuat, berperilaku, belajar dan juga berkembang sendiri. Sehingga pengorganisasian kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan dan tujuan peserta didik.
Pola desain ini terbagi dalam 3 jenis yaitu: The activity atau experience design, humanistic design, the open free design, dll. Dalam makalah ini hanya akan menjelaskan satu saja.
The activity atau Experience Design
Model desain ini berawal pada abad 18, hasil karya Rosseau dan Pestalozzi.
Terdapat beberapa ciri utama dalam desain ini:
-   Struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik.
-   Kurikulum tidak dapat disusun ”jadi” sebelumnya, tetapi disusun bersama oleh para guru dengan para siswa.
-   Desain kurikulum lebih menekankan pada prosedur pemecahan masalah.
Kelebihan:
-    Motivasi belajar bersifat intrinsik, karena kegiatan pendidikan didasarkan pada kebutuhan dan minat peserta didik.
-    Pengajaran memperhatikan perbedaan individu.
-    Kegiatan-kegiatan pemecahan masalah memberikan bekal kecakapan dan pengetahuan untuk menghadapi kehidupan diluar sekolah.
Kelemahan:
-    Penekanan pada minat dan kebutuhan peserta didik belum tentu cocok dan memadai untuk menghadapi kenyataan dalam hidup, karena kehidupan modern sangat kompleks.
-    Kurikulum yang disusun tidak mempunyai pola dan struktur.
-    Kontinuitas dan sekuen bahan sangat lemah, karena minat peserta didik tidak memberikan landasan kuat untuk menyusun sekuen (dalam arti minat sangat mudah berubah, karena adanya faktor lingkungan maupun perkembangan).
-    Desain kurikulum seperti ini tidak dapat dilakukan oleh guru biasa, tapi harus guru yang ahli dalam pendidikan, ahli psikologi, juga ahli dalam hubungan sosial.

Problems centered design
Adalah desain kurikulum yang berpusat pada masalah-masalah yang dihadapi dalam masyarakat. Konsep pendidikan dalam model kurikulum ini, berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dan menghadapi masalah-masalah bersama yang harus dipecahkan bersama pula.
Konsep yang menjadi landasan dalam desain ini adalah; dari sudut isi/materi kurikulum bersumber dari masalah-masalah sosial yang dihadapi peserta didik saat ini dan yang akan datang. Sedangkan sekuen bahan disusun berdasarkan kebutuhan , kepentingan dan kemampuan peserta didik.
Paling tidak terdapat dua variasi model desain kurikulum ini, yaitu: The areas of  living design dan The Core design.
1. The Areas of  Living Design
Dalam desain ini yang menjadi dasar penyusuan kurikulum adalah bidang-bidang kehidupan. Cirinya
-    Penekanan prosedur belajar pada pemecahan masalah, sehingga bersifat  proses.
-    Menggunakan pengalaman dan situasi nyata dari peserta didik untuk membuka jalan dalam mempelajari bidang kehidupan.
-    Isi kurikulum merangkum pengalaman-pengalaman sosial peserta didik.
2. The Core Design
Desain kurikulum ini, mengintegrasikan bahan ajar yang terpisah-pisah, dengan memilih mata pelajaran/bahan ajar tertentu sebagai inti (core). Di indonesia kurikulum semacam ini disebut mata kuliah/pelajaran dasar umum, yang kemudian diarahkan pada pengembangan kemampuan pribadi dan sosial.
Kelebihan:
-    The areas of living ini merupakan the subject matter (penekanan pada isi/materi bahan ajar), tetapi dalam bentuk terintegrasi.
-    Desain ini mendorong penggunaan prosedur belajar pemecahan masalah.
-    Penyajian bahan ajar dalam bentuk yang relevan.
-    Penyajian bahan ajar dalam bentuk yang fungsional.
-    Motivasi peserta didik datang dari diri sendiri.
Kelemahan:
-    Sulitnya penentuan lingkup dan sekuen dari bidang-bidang kehidupan yang esensial.
-    Kurangnya integritas dan kontinuitas organisasi isi kurikulum
-    Desain ini mengabaikan warisan budaya.
-    kecenderungan untuk mengindoktrinasi peserta didik.
-    Desain ini sebenarnya sangat sulit dilaksanakan, karena terbatasnya kesiapan guru, buku maupun media lain.

Kesimpulan
-    Desain kurikulum memiliki beberapa variasi, diantaranya: Subject Centered design yang lebih menekankan perhatian pada materi pelajaran, Learner centered design yang menekankan perhatian pada peserta didik, dan Problem centered design, yang lebih menekankan pada persoalan-persoalan sosial.
-    Dari ketiga teori tersebut diatas, teori Subject Centered Design yang paling populer, paling tua dan paling banyak digunakan.

(Makalah Program Akta 4 IIQ Jakarta – 16122006)

No comments:

Post a Comment